Opini  

Opini, Keniscayaan Animasi dalam Film

Animasi hadir sebagai cikal bakal dari hiburan gambar bergerak yang kita kenal sebagai film. Animasi berasal dari kata bahasa Latin, anima yang berarti jiwa. Definisi kata itu, kita bisa tahu arti animasi sebagai teknik memberikan “jiwa” pada gambar maupun objek mati.

Keniscayaan Animasi dalam Film-Bernardus Tube Beding-Dosen PBSI Unika Santu Paulus Ruteng
Penulis: Bernardus Tube Beding (Foto: Dokumen Pribadi Penulis)

Lebih dari itu, animasi dapat menjadi media efektif untuk menanamkan nilai bagi banyak orang, terlebih anak-anak yang masih sangat muda untuk dibentuk kepribadiannya. Karena itu, cukup banyak serial animasi yang ditujukan bagi pendidikan, seperti serial animasi “Upin dan Ipin” dari Malaysia atau “Dufan Defender” karya Indonesia.

Tidak dapat dimungkiri bahwa bangsa Indonesua telah dan sedang berkembang dalam industri perfilman. Tren ini dapat dibuktikan dengan jumlah produksi film dari tahun ke tahun. Tahun 2018 jumlah produksi film nasional sebanyak 132 judul dengan 51,2 juta penonton; tahun 2019 sebanyak 129 judul dengan 51,2 penonton.

Tahun 2020 sebanyak 289 film dengan sekitar 19 juta penonton;p tahun 2021 sebanyak 36 dengan 4,5 penonton; dan tahun 2022 sebanyak 47 judul dengan sekitar 24 penonton. Penurunan jumpah produksi film tahun 2020—2022 akibat pandemi covid-19.

Pencapaian penenoton lebih dari satu juta setiap film membawa dunia perfilman Indonesia mencapai 61% market share penonton. Sementara, saat ini terdapat sekitar 517 lokasi bioskop dengan kurang lebih 2.145 layar yang tersebar di sekitar 115 kota/kabupaten di Indonesia. Jumlah layar tersebut belum termasuk layar-layar yang digagas dan dikembangkan oleh lebih dari 60 komunitas perfilman di Indonesia (Iskandar, bpi.or.id: 2023).

Menanggapi kebutuhan film yang semakin meningkat, setidaknya terdapat 21 perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Program Studi Film (atau berorientasi pada produk film); sekitar 63 Sekolah Menengah kejuruan (SMK) dengan kompetensi keahlian produksi film. Selain itu, tidak sedikit perguruan tinggi yang tidak memiliki program studi film, tetapi memiliki konsentrasi atau jurusan yang berhubungan dengan perfilman. Banyak juga talenta di bidang perfilman yang lahir dari lembaga-lembaga non-formal.

Namun, tidak dapat dimungkiri pula bahwa masih terdapat tantangan dalam pengembangan dan pembangunan industri perfilman di Indonesia. Kerja menggarap film dalam durasi panjang belum menjadi kebiasaan dan prioritas. Tidak sedikit orang Indonesia yang “cepat terpengaruh” sehingga belum bisa bertahan lama, duduk, fokus, dan ulet dalam menggarap dan memroduksi sebuah film yang baik dan bagus.

Film animasi lokal masih dianggap sekadar hiburan akhir pekan dan hari-hari libur. Bahkan, animasi-animasi yang berobjek pada lokal masih menjadi bahan tertawa dan hiburan; bukan sebagai sumber nilai dan pengetahuan.
Lembaga Demografi Universitas Indonesia (Iskandar, bpi.or.id: 2023) menerbitkan hasil analisis bahwa dalam kurung 2019—2020, subsektor film, animasi, dan video memiliki pertumbuhan yang paling tinggi, yakni 19,76% dari keseluruhan sektor industri kreatif.

Sementara, BPS (2020) menerbitkan presentase film animasi yang ditayangkan oleh perusahan bioskop pada tahun 2018 sebanyak 5,620%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 6,410%.

Sebenarnya, Indonesia memiliki basis SDM yang memadai untuk mengembangkan animasi dalam dunia perfilman. Karena itu, pemerintah perlu terus mendukung masyarakat dalam mewadahi pendidikan maupun infrastruktur yang dapat dimanfaatkan untuk membuat animasi.

Bagus kalau pemerintah menghadirkan perpustakaan multimedia di setiap lembaga-lembaga pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. tentu, dampaknya dapat menghasilkan kreator-kreator yang andal, juga industri kreatif animasi terus berkembang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *