Semangat Perjamuan dan Pembasuhan Kaki
Dalam situasi yang serentak memberi harapan dan membawa kecemasan ini, pemerintah perlu menggalang satu semangat yang sama dengan harapan masyarakat.
Tidak slaah juga kalau para pemimpin pemerintah bercermin dari makna dan pesan perayaan Kamis Putih umat Kristiani.
Pertama, perjamuan malam terakhir menunjukkan pernyerahan diri Yesus secara total sebagai ungkapan kasih sehabis-habisnya untuk keselamatan umat manusia (Yoh. 13:2). Dengan mengidentifikasi roti dengan tubuh-Nya, Yesus menyerahkan seluruh diri-Nya. Dengan mengidentifikasikan anggur, Yesus menyerahkan seluruh hidup-Nya.
Model sikap penyerahan diri ini, baik tercermin juga dalam diri para pemimpin pemerintahan.
“Para pemimpin pemerintahan perlu menyadari, bahwa menyadari bahwa masyarakat adalah diri mereka sendiri.Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat Indonesia adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan mereka juga”
Para pemimpin pemerintahan, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan kota, provinsi, dan pemerintah pusat beserta jajaran masing-masing; para pemimpin lembaga-lembaga negara dan jajaran masing-masing perlu menyadari bahwa masyarakat adalah diri mereka sendiri.
Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat Indonesia adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan mereka juga. Artinya, suka-duka rakyat harus menjadi suka-duka pemimpinnya. Karena itu, penyerahan dan pemberian diri merupakan sikap tepat pemimpin pemerintah yang tercermin dalam program pembangunan yang merata, yang lebih memerioritaskan masyarakat kecil, miskin, dan tertindas. Sebagai pemimpin yang memiliki tanggung jawab dalam tatanan pemerintahan, pemimpin perlu berusaha untuk selalu membangun kemajuan dan kesejahteraan, tanpa mnyampingkan aspek keadilan dan kemanusiaan.
Pemimpin yang memberi diri adalah pribadi yang berusaha supaya paham-paham dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, bukan saja dipelajari dan dipahami, tetapi terutama dilaksanakan dalam keteladanan hidup dan diamalkan dalam kehidupan setiap masyarakat dan kelompok masyarakat yang dipimpinnya.
Kedua, pembasuhan kaki sebagi wujud pelayanan dalam kerendahan hati. Pembasuhan kaki sebagai pelayanan adalah teladan yang diberikan oleh Yesus agar para murid-Nya melakukan hal yang sama, yaitu saling melayani. “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, sebab aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh. 13:14—15).
Upacara pembasuhan kaki merupakan wujud pelayanan atau tindakan kasih yang dilakukan oleh Yesus terhadap para muridnya. Seorang guru membasuh kaki para muridnya, merupakan sebuah tindakan kontradiktif karena sesungguhnya tindakan ini biasa dilakukan oleh seorang budak atau hamba kepada tuannya. Justru Yesus mau melawan realitas dengan membalikkan logika realistis tersebut.
Pembasuhan kaki menunjukkan sikap kerendahan hati dalam melayani. Kerendahan hati berarti ketaatan untuk mencabut keakuan dari dalam diri dan menumbuhkan sikap kesosialan. Yesus mau menegaskan bahwa menghormati dan melayani orang lain dengan penuh kasih dan kerendahan hati, terutama yang paling hinda dina, rendah, miskin, dan kecil, itu merupakan sebuah sikap dan perbuatan terhormat; sebuah tindakan perendahan diri yang didasari oleh kerendahan hati dan ketulusan memberi. Dengan makna lain, tindakan membasuh kaki menjadi contoh untuk keluar dari diri sendiri dan menjangkau sesama.
Konteks refleksi ini, pembasuhan kaki yang saya bersama umat Kristiani kenangkan tahun ini dapat menjadi refleksi bagi para pemimpin pemerintah agar melayani masyarakat dengan kerendahan hati tanpa pandang latar belakang, asal, dan ras; khusunya menjangkau mereka yang sedang menjadi korban.
Semoga para pemimpin pemerintah membasuh dengan menjangkau masyarakat kecil di pedesaan dengan tangan terbuka dan membawa mereka dalam kehidupan yang layak dan sejahtera. Mudah-mudahan.
*)Penulisa adalah Dosen PBSI Unika Santu Paulus Ruteng