Kurikulum ini mendorong pembelajaran berbasis proyek, fleksibel, dan sesuai kebutuhan murid. Namun, keberhasilan implementasinya masih dibayangi tantangan pelatihan guru, keterbatasan sarana, dan persepsi sekolah terhadap pendekatan baru.
Strategi Menjemput Indonesia Emas
Pertama, penguatan kapasitas guru menjadi kunci. Pemerintah menargetkan pengangkatan satu juta guru honorer menjadi ASN melalui skema PPPK hingga 2024. Per akhir 2023, lebih dari 800.000 guru telah diangkat (Kompas.com, 25/11/2023).
Namun, peningkatan profesionalisme dan pelatihan berkelanjutan tetap dibutuhkan untuk menjawab tantangan pembelajaran masa depan.
Kedua, digitalisasi pendidikan harus menyentuh semua sekolah. Data Kominfo menunjukkan masih ada lebih dari 9.000 sekolah yang belum terhubung internet secara layak hingga 2024 (Kominfo, 2024). Tanpa pemerataan infrastruktur digital, transformasi pendidikan hanya akan dinikmati oleh sebagian kalangan.
Ketiga, pendidikan vokasi perlu direvitalisasi secara serius. Kemitraan dengan dunia usaha dan industri harus diperkuat untuk meningkatkan keterampilan teknis dan kewirausahaan lulusan.
Keempat, literasi dan numerasi dasar harus ditanamkan secara dini, kreatif, dan menyenangkan. Asesmen Nasional 2023 menunjukkan lemahnya kompetensi dasar siswa, terutama di tingkat SD.
Kelima, pengambilan kebijakan pendidikan di daerah harus berbasis data. Platform Rapor Pendidikan memungkinkan satuan pendidikan dan pemerintah daerah menyusun intervensi berbasis kebutuhan aktual, bukan sekadar angka formal (rapordik.kemdikbud.go.id, 2024).
Pendidikan sebagai Investasi Bangsa
Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan sejatinya adalah upaya memanusiakan manusia. Karena itu, pendidikan tidak boleh berhenti pada urusan administratif atau sekadar mengejar angka kelulusan. Lebih dari itu, pendidikan harus menjadi ruang pembentukan karakter, penguatan kecakapan hidup, dan penanaman nilai-nilai kebangsaan.