Cantika mengungkapkan, komunitas ini dibentuk sebagai respon terhadap data yang dirilis oleh UNESCO yang menyebutkan bahwa hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang gemar membaca.
“Kami sangat prihatin dengan data UNESCO yang menyebutkan bahwa hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang gemar membaca. Itu artinya hanya satu dari seribu orang yang rajin membaca. Ini adalah angka yang sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Sesi diskusi perdana diselenggarakan pada 29 Oktober 2024 dan sejak itu menjadi agenda rutin. Melalui kegiatan book talk, para anggota saling berbagi pandangan mengenai karya sastra dan non-fiksi, sekaligus saling menyemangati untuk terus konsisten membaca.