Indeks

Feature: Menapak Jejak Persaudaraan di Golo Curu: Diksi, Budaya, Ritme Cinta, dan Harapan

GAMMASANDO Goes to Golo Curu menjadi momen reflektif yang menyatukan semangat persaudaraan, kepedulian ekologis, dan kekayaan budaya lokal. Sebuah perjalanan spiritual, sosial, dan penuh cinta menuju masa depan Indonesia Emas 2045

News, Gammasando Unika Santu Paulus Ruteng Goes to Golo Curu: Merawat Kebersamaan dan Kepemimpinan

“GAMMASANDO bukan hanya organisasi, ia adalah ruang hidup. Teruslah menyalakan semangat ini, semangat persaudaraan, kreativitas, dan cinta.”

Jejak yang Terus Dikenang

Ketika gema terakhir Rosario mengendap dalam senyap senja, dan para peserta kembali ke tempat tinggal masing-masing, Golo Curu perlahan kembali sunyi.

Namun yang tertinggal bukan sekadar foto, dokumentasi, atau jejak langkah di tanah, melainkan rasa. Rasa hangat yang mengendap di dada: bahwa kita telah menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Suatu perjalanan yang bukan hanya menggerakkan tubuh, tetapi menggugah jiwa.

Ini adalah perjalanan spiritual, sosial, dan ekologis yang akan terus dikenang bukan karena megahnya acara, tetapi karena dalam kesederhanaannya, ia menyentuh lapisan terdalam dari makna hidup bersama.

Sebab ini bukan hanya kegiatan satu hari. Ini adalah jejak awal. Jejak yang ditabur dalam kesunyian dan ketulusan, tanpa hitung waktu, tanpa pamrih pencapaian.

Ia adalah benih yang suatu hari akan tumbuh—dalam bentuk keberanian mencintai bumi, kesetiaan menjaga sesama, dan keteguhan melangkah dalam nilai-nilai Kristiani yang hidup.

Dalam dunia yang terus bergolak dengan krisis ekologis, ketimpangan sosial, dan kemunduran spiritual, momen ini menjadi lentera kecil di tengah kabut: sebuah nyala yang mengingatkan bahwa harapan masih mungkin.

Bahwa kaum muda bukan hanya penonton, melainkan penggerak yang tahu caranya berdialog dengan alam, dengan budaya, dan dengan Tuhan.

GAMMASANDO telah menulis puisinya sendiri:
dalam diksi yang jernih yang menyuarakan kepedulian,
dalam budaya yang hidup dan diwarisi dengan bangga,
dalam harapan yang tak digantung di awan, tapi dipijakkan di bumi,
dan dalam ritme cinta yang tak henti berdetak—di dada setiap anggotanya.

Jejak ini mungkin tak selalu terlihat,
tetapi ia hidup:
dalam cara kita saling menyapa,
dalam cara kita memungut sampah kecil di jalan,
dalam cara kita memilih kata, berbagi tawa, dan menjaga bumi.

Dan pada akhirnya,
di setiap ruang kehidupan yang kita tapaki kelak,
kita akan tahu… bahwa di Golo Curu,
pernah tumbuh cinta yang diam-diam menjadi kekuatan.

Exit mobile version