Melanjutkan diskusi, Dr. Maksimilianus Jemali, M.Th., mengangkat topik “Beyond Ekstremisme: Menjelajah Konstruksi Wasathiyah dalam Agama”.
Ia mengajak peserta untuk menggali makna keseimbangan dalam beragama sebagai strategi meredam ekstremisme dan memperkuat harmoni sosial.
Sementara itu, Geovanny C.D. Flores Pala, S.Fil., M.Th., lewat materinya “Teologi Publik: Berteologi, Berkesenian, dan Beragama”, menyoroti kaitan erat antara refleksi teologis, ekspresi seni, dan kehidupan beragama dalam ruang publik sebagai wujud praksis iman yang kontekstual.
Pantauan TerasNusa.com menunjukkan, suasana seminar semakin dinamis saat sesi diskusi dan tanya jawab dibuka.
Mahasiswa terlibat aktif, mengajukan pertanyaan kritis dan memperlihatkan antusiasme tinggi terhadap isu-isu pluralisme dan hubungan lintas iman.
Salah satu peserta seminar, Marto Alfiano Supardi, mahasiswa semester VI, menilai bahwa seminar ini menjadi ruang reflektif yang sangat relevan bagi masyarakat Indonesia yang majemuk.
Baginya, moderasi merupakan sikap bijak yang menolak segala bentuk ekstremisme sekaligus mendorong tumbuhnya toleransi aktif dan tanggung jawab sosial. Ia mengaku terdorong untuk terlibat lebih nyata dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.