Dalam sambutannya, Dekan FKIP, Yohanes Mariano Dangku, S.Fil., M.Pd., mengajak seluruh peserta yudisium untuk memaknai pendidikan sebagai proses formasi pribadi yang membentuk karakter dan kesadaran diri.
Ia menekankan bahwa pendidikan bukan semata-mata soal angka atau gelar, melainkan tentang bagaimana manusia memahami dirinya dan mencintai kehidupan.
“Pendidikan membuka mata hati kita untuk melihat diri supaya tahu diri dan sadar diri. Pendidikan juga membuka mata kita untuk mencintai kehidupan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa istilah yudisium berasal dari bahasa Latin iudicium yang berarti pengadilan atau penilaian. Oleh karena itu, momentum ini harus dimaknai sebagai evaluasi yang jujur dan mendalam terhadap diri sendiri.
Dekan Yohanes juga menekankan bahwa yudisium adalah ruang pembinaan, bukan sekadar pengumuman nilai. Ia memberikan apresiasi kepada para dosen, ketua program studi, dan pembimbing akademik yang selama ini turut membentuk mahasiswa menjadi pribadi yang siap berkarya dan mengabdi.
“Kehadiran, kinerja, pengajaran, dan pengabdian kita adalah bukti cinta kita terhadap peserta didik. Kita membuka mata untuk mencintai kehidupan melalui mahasiswa-mahasiswi kita,” tegasnya.
Yudisium Sebagai Cermin Proses Belajar dan Perjuangan