Pendidikan sebagai Proses Formasi Pribadi: Membentuk Karakter, Kesadaran Diri, dan Mencintai Kehidupan

Yudisium FKIP Unika Ruteng, Ruang Evaluasi dan Pembinaan Diri Calon Pendidik

The atmosphere of the Even Semester Graduation Ceremony (Yudisium) for the 2024/2025 Academic Year at the Faculty of Teacher Training and Education, Unika Santu Paulus Ruteng. Held at the 5th floor main auditorium, students from seven study programs participated as part of their academic reflection and character formation before graduation
Pendidikan sebagai Proses Formasi Pribadi: Membentuk Karakter, Kesadaran Diri, dan Mencintai Kehidupan (Foto: Saat Dekan FKIP Yohanes Mariano Dangku, S.Fil., M.Pd., menyampaikan sambutan kepada seluruh peserta yudisium/ Selvianus Hadun)

TERASNUSA.com-Pendidikan bukan sekadar jalan menuju gelar, tetapi sebuah proses yang membentuk karakter, menumbuhkan kesadaran diri, dan mengajarkan cinta terhadap kehidupan. Semangat ini mengalir kuat dalam pelaksanaan Yudisium Semester Genap Tahun Akademik 2024/2025 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.

Diselenggarakan pada Kamis, 10 Juli 2025, di Aula Gedung Utama Timur (GUT) lantai lima, yudisium kali ini bukan sekadar seremoni penutup semester. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi ruang reflektif dan formasi pribadi bagi para mahasiswa untuk meneguhkan jati diri sebagai calon pendidik sekaligus pelayan masyarakat.

Pendidikan Membuka Mata untuk Mencintai Kehidupan

Dalam sambutannya, Dekan FKIP Yohanes Mariano Dangku, S.Fil., M.Pd., mengajak seluruh peserta yudisium untuk memandang pendidikan sebagai proses pembinaan diri yang holistik. Menurutnya, pendidikan sejati tidak hanya berurusan dengan angka dan gelar, melainkan menyentuh dimensi terdalam dari manusia: kesadaran diri dan cinta akan kehidupan.

“Pendidikan membuka mata hati kita untuk melihat diri supaya tahu diri dan sadar diri. Pendidikan juga membuka mata kita untuk mencintai kehidupan,” ungkapnya.

Yohanes menjelaskan bahwa istilah yudisium berasal dari bahasa Latin iudicium yang berarti pengadilan atau penilaian. Oleh karena itu, yudisium harus dimaknai sebagai momen evaluasi yang jujur dan mendalam terhadap diri sendiri.

Ia juga menegaskan bahwa yudisium adalah ruang pembinaan, bukan sekadar pengumuman nilai akademik. Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh dosen, ketua program studi, dan pembimbing akademik yang telah berperan aktif membentuk para mahasiswa menjadi pribadi yang siap berkarya dan mengabdi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *