Keniscayaan Animasi dalam Film
Oleh
Bernardus Tube Beding
Dosen PBSI Unika Santu Paulus Ruteng
TERASNUSA.com-PERKEMBANGAN teknologi di era disrupsi memungkinkan nadi kreativitas dan inovasi menjalar dalam diri setiap orang. Berbagai aplikasi muncul memenuhi ruang teknologi, mempermudah setiap orang untuk membuat atau melakukan apa saja menjadi baru dan bermanfaat. Bahkan, benda-benda mati pun dipersonifikasikan sehingga menarik perhatian siapa saja.
Aplikasi-aplikasi teknologi juga memungkinkan handirnya industri animasi yang mendorong orang menciptakan atau menghadirkan sesuatu yang seni. Industri animasi telah menjadi motor penggerak ekonomi yang signifikan, memberikan kontribusi besar dalam menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan yang substansial bagi para pelaku industri serta ekosistemnya secara keseluruhan (Shafira Salsabila, Zahra, 2024). Animasi bukan sekadar seni tetapi sudah menjadi ladang industri yang memberi penghasilan bagi para pekerja kreatif.
Animasi hadir sebagai cikal bakal dari hiburan gambar bergerak yang kita kenal sebagai film. Animasi berasal dari kata bahasa Latin, anima yang berarti jiwa. Definisi kata itu, kita bisa tahu arti animasi sebagai teknik memberikan “jiwa” pada gambar maupun objek mati.
Animasi merupakan seni membuat benda mati tampak bergerak (Kehr, 2024). Konsep ini menunjukkan animasi sebagai alat narasi yang kuat menggunakan seni dan teknologi untuk menghasilkan visual yang bergerak (Jacaranda, 2024).
Ada orang menyamakan animasi dan kartun. Memang secara historis, keduanya bersumber dari hal yang sama: gambar bergerak. Namun, kartun dalam KBBI mempunyai dua arti.
Pertama, film yang menciptakan khayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan posisi.
Kedua, gambar dengan penampilan yang lucu, berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku (terutama mengenai politik).
Seiring dengan berjalanannya waktu, pengertian animasi dan kartun juga ikut berubah. Sekarang, kata kartun lebih merujuk pada karya animasi buatan barat (Eropa dan Amerika).
Dalam penerapannya, objek yang sama dan statis dimanipulasi secara berulang-ulang dengan posisi berbeda untuk memiliki ilusi gerakan. Misalnya, gambar kuda yang dipotret dengan beberapa kamera secara bersamaan. Gambar kuda tersebut ditempel pada piringan dan diputar dengan kecepatan konstan (tetap).
Hal ini akan membuat gambar tersebut akan bergerak dan mempunyai jiwa. Tentu, frem-frem yang terpisah diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan ilusi gerakan.