Opini: Kamis Putih Buat Pemimpin Pemerintahan

Para pemimpin pemerintahan perlu menyadari, bahwa menyadari bahwa masyarakat adalah diri mereka sendiri.Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat Indonesia adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan mereka juga.

Penulis: Bernardus Tube Beding (Foto: Dokumen Pribadi Penulis)

Oleh: Bernardus Tube Beding*

HARI ini, Kamis 17 April 2025 Umat Kristiani kembali mengenang perjamuan Tuhan dengan merayakan Ekaristi Kamis Putih. Yesus merayakan perjamuan malam terakhir bersama para murid-Nya. Perayaan ini penuh makna, sebagai simbol penyerahan hidup-Nya secara total demi keselamatan umat manusia tanpa memandang latar apa pun.

Dalam perayaan ini, umat Kristiani diberi pesan untuk setia melakukan perjamuan sebagai wujud pemberian diri dan pembasuhan kaki sebagai wujud pelayanan. Namun, sesungguhnya mandat-mandat tersebut diperuntukan untuk semua umat manusia, tanpa kecuali, walaupun dengan keyakinan yang berbeda. Tak terkecuali juga untuk para pemimpin dalam pemerintahan.

Perubahan Kehidupan

Para pemimpin pemerintahan, baik daerah maupun nasional sedang dihadapkan berbagai perubahan kehidupan di dunia. Tradisi, kebiasaan, dan pola tingkah lalu yang diwariskan para pendahulu telah berubah. Muncul kebiasaan dan pola tingkah laku baru.

Paham, keyakinan, dan nilai hidup mulai bergeser dan digeserkan. Orang mulai menganuti paham baru; orang mencita-citakan nilai yang tadinya tidak pernah dipikirkan. Peran individu, kelompok, golongan, dan lapisan dalam masyarakat pun mulai berubah. Yang tadi berkuasa, sekarang dikuasai, yang tadi dikuasai sekarang menguasai. Yang tadi ditentukan oleh orang lain, sekarang turut menentukan.

Perlahan tersebar tipe masyarakat industri yang membawa negara kepada perubahan keadaan masyarakat yang telah terbentuk di “zona nyaman”. Pengembangan kehidupan kota dan arus urbanisasi bertambah, baik karena pertumbuhan kota dan penduduknya, maupun gerak penyebaran kehidupan kota ke pedesaan.

Alat-alat teknologi, komunikasi, dan informasi sosial hadir dengan berbagai tawaran kecanggihan, membantu penyebaran peristiwa, cara berpikir, dan cita rasa secepat dan seluas mungkin, dengan menimbulkan banyak dampak.

Perubahan melanda pula mentalitas dan struktur kehidupan masyarakat yang sering menimbulkan pertentangan, seperti hal-hal tentang warisan, pasar dan pemberdayaan ekonomi, biaya penddikan, ekologi, politik, dan sebagainya. Pertentangan antarkelompok masyarakat yang kerap kali tidak sabar, malah berontak karena menuntut kebijaksanaan, keadilan, dan kemanusiaan.

Lembaga-lembaga perundangan dengan cara berpikir dan cita rasa yang diwariskan pendahulu tampaknya tidak selalu dapat diselaraskan dengan baik kepada keadaan dewasa ini; maka terjadi penjungkirbalikan besar dalam cara dan kaidah bertindak itu sendiri.

Malah, tidak dapat dimungkiri pulah bahwa perubahan juga terjadi dalam lingkup kehidupan agama yang terdampak pada kehidupan baru.

Banyak pihak yang memiliki kemampuan menilai lebih tajam, membersihkan agama dari konsep magis tentang dunia dan dari takhyul yang masih beredar, serta masih menuntut penganutan iman yang lebih pribadi dan aktif. Di satu sisi, masa yang besar secara praktis meninggalkan agama karena penanutnya yang tidak mencerminkan keteladanan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *