Theodorikus yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Terong, mendorong para mahasiswa untuk menjalin kolaborasi dengan panitia, pengurus stasi, serta tokoh-tokoh muda demi menyukseskan perayaan Paskah 2025.
“Kita kolaborasi dan padukan kekuatan, niat baik, dan semangat kebersamaan demi kebaikan umat serta kemeriahan Paskah 2025,” tambahnya.
Dosen pendamping, Feliks Hatam, turut menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat dari umat Stasi Wae Cepang dan Woang. Ia menjelaskan bahwa kehadiran mahasiswa dalam kegiatan PkM merupakan bentuk pengabdian yang tidak hanya mendidik masyarakat, tetapi juga mendidik diri mereka sendiri sebagai calon pendidik masa depan.
Sementara itu, RD Jossy menekankan pentingnya kegiatan PkM sebagai ruang belajar yang nyata bagi mahasiswa. Menurutnya, masyarakat adalah “kampus” terbesar yang sesungguhnya.
“Percayalah, kampus terbesar itu bukan hanya di dalam gedung, tapi ada di tengah masyarakat. Lewat interaksi dan kegiatan yang kalian jalani, akan tumbuh pelajaran dan nilai-nilai berharga yang tidak kalian temukan di bangku kuliah,” tutur Badan Pembia Yayasan Santu Paulus Ruteng itu penuh semangat.
Ketua Komisi Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Ruteng, RD Jossy juga mengingatkan bahwa para mahasiswa yang hadir merupakan calon guru yang harus mulai belajar meneladani hal-hal positif.
“Guru itu digugu lan ditiru. Maka, mulailah belajar meneladani hal-hal baik selama kegiatan ini. Meskipun waktunya singkat, saya yakin akan banyak nilai yang kalian bawa pulang,” pungkasnya.