“Banyak kegiatan saya mulai dari nol. Tidak ada dana, tidak ada sponsor. Tapi saya punya niat,” katanya. Dan seperti semesta yang menjawab doa yang tulus, bantuan pun datang dari arah tak terduga.
Teman lama, mitra bisnis, atau bahkan orang asing, mereka muncul, satu per satu, menyambung titik-titik yang ia taburkan dengan ketulusan.
“Saya mulai percaya bahwa niat baik itu punya gelombangnya sendiri. Kalau kita jalan lurus dengan niat itu, akan ada saja orang yang muncul dan bantu. Saya tidak cari-cari, tapi mereka datang sendiri,” lanjutnya, senyumnya membingkai mata yang penuh keyakinan.
Di luar yayasan, Kaka Heri juga dikenal sebagai seorang pebisnis yang berhasil. Namun bahkan dalam urusan dagang, ia tetap menjunjung nilai yang sama: idealisme tidak harus bertentangan dengan dunia usaha. Dalam bisnis maupun gerakan sosial, ia percaya bahwa kejujuran dan ketulusan adalah kunci dari koneksi yang langgeng.
“Bukan soal siapa paling pintar atau paling kuat. Tapi siapa yang tulus,” ucapnya pelan. “Dunia ini kan luas, tapi kalau kita niat bantu, semesta seperti bantu juga. Itu bukan mistis, itu nyata.”
