TERASNUSA.com-Di atas ketinggian Golo Curu, di mana langit seakan lebih dekat dan doa lebih jernih mengalun, ratusan hati muda berkumpul.
Mereka datang bukan sekadar untuk mendaki, tetapi untuk menapak jejak yang lebih dalam: jejak persaudaraan, jejak harapan, dan jejak cinta terhadap tanah, sesama, dan Sang Pencipta.
Dalam semangat memperingati dua dekade perjalanan organisasi Gabungan Mahasiswa Kecamatan Mbeliling, Sano Nggoang, Boleng, dan Komodo (GAMMASANDO) menggelar kegiatan bertajuk “GAMMASANDO Goes to Golo Curu”.
Tema besar “Kolaboratif Bergerak dan Menggerekan Menuju Indonesia Emas 2045” dijahit indah dalam beragam kegiatan penuh makna: jalan sehat, bakti sosial, katekese ekologis, sharing public speaking, hingga doa Rosario bersama. Semua ini dirajut dalam satu benang merah: cinta yang berakar dan bertumbuh dalam kebersamaan.
Diksi: Menemukan Suara, Menumbuhkan Keyakinan
Salah satu sorotan kegiatan adalah sesi public speaking bersama Atrari Senudinari, seorang jurnalis dan praktisi komunikasi. Di hadapan para peserta, ia tidak hanya mengajarkan teknik berbicara, tetapi membangkitkan keyakinan bahwa setiap suara memiliki nilai.
“Diksi adalah kekuatan,” katanya. “Ia menentukan apakah pesanmu menyentuh atau sekadar lewat, tanpa makna.” Dalam dunia yang bising, suara yang jernih dan terarah adalah senjata.
Atrari menekankan bahwa kemampuan berbicara bukanlah bakat bawaan, melainkan hasil dari keberanian untuk mencoba dan kebiasaan untuk terus membaca, mendengar, dan merenung.
Di Golo Curu, diksi bukan hanya tentang kata, tapi tentang keberanian untuk mengungkapkan identitas, untuk menyuarakan nilai, dan untuk merangkai harapan menjadi nyata, serta menyulam cinta dalam cara berada sebagai mahkluk sosial, ekologis dan religius.
Budaya: Cinta yang Terhidang di Meja dan Tersirat dalam Sikap
Apa yang lebih menghangatkan dari sepiring makanan lokal yang dihidangkan dengan cinta? Dalam kegiatan ini, singkong dan lawar daun singkong berpadu dengan manisnya pepaya, tidak sekadar menjadi santapan fisik, tetapi simbol kecintaan terhadap warisan leluhur.
“Ini bukan sekadar konsumsi,” ujar Susana Nirma, Sekretaris Panitia. “Ini adalah cara kami menunjukkan bahwa budaya hidup dalam hal-hal kecil. Dalam rasa. Dalam pilihan.”