Indeks

Mengopi dan Merokok, Pendamping Umur Panjang

Medis juga mengatakan bahawa kopi dapat meningkatkan kerja jantung, yang efeknya tidak baik untuk kesehatan.

Ilustrasi Kopi dan Rokok (Foto: .siarindo.com)

Oleh: Bernardus Tube Beding*

ERA disrupsi memungkinkan modernitas meresap masuk dalam setiap sendi kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari budaya populer hingga kesehatan. K-Pop adalah contoh konkret kebudayaan populer yang lahir dari rahim modernitas. Dalam dunia kesehatan, gaya hidup sehat dibimbing tinggi dengan berbagai konsep diet mutakhir, diet ala Dedy Corbuzoer misalnya. Gaya hidup yang lain adalah rajin fitness.

Harapan yang dibangun oleh mereka yang mengimani diet ala Dedy Corbuzier dan yang rutin fitness, kurang lebih sama, yaitu ingin sehat, panjang umur, dan tetap produktif.

Era modern ini, untuk memenuhi harapan tersebut, mencul berbagai larangan untuk mengkonsumsi (yang katanya) sumber penyakit. Rokok dan kopi amat dihindari. Berbagai diagnosis dalam dunia medis merasionalisasi pasien untuk tidak mengkonsumsi rokok dan kopi.

Karena dilabeli sebagai barang beracun, kampanye anti rokok tenar di Indonesia. Berbagai slogan, seperti “Keren Tanpa Rokok”, “Matikan Rokokmu sebelum Rokok Mematikanmu” mudah di jumpai di media massa, jejaring sosial, dan di jalan-jalan.

Departemen Kesehatan telah mengesahkan UU Tembakau. Implikasinya, setiap pabrik rokok harus mengubah peringatan bahaya merokok dalam kemasan rokok. Yang sebelumnya menjabarkan penyakit yang disebabkan oleh rokok, menjadi “merokok membunuhmu” dan menyertakan gambar menakutkan.

Segaris dengan gaya hidup anti rokok, tidak mengkonsumsi kopi dipercaya dapat memperpanjang umur manusia. Medis juga mengatakan bahawa kopi dapat meningkatkan kerja jantung, yang efeknya tidak baik untuk kesehatan. Dengan demikian, menjadi hal yang lumrah bahwa di abad ini merokok adalah tindakan sia-sia yang memangkas harapan hidup seorang individu. Dalam proyek modernisasi kesehatan, mereka yang minum kopi tidak akan panjang umur.

Exit mobile version