Indeks

Opini: Pilatus, Yah Kita

Kita cendrung tidak menginginkan suatu masalah berlama-lama di depan kita. Kita ingin agar orang lain saja menyelesaikannya. Pilatus menggeserkannya kepada Herodes. Kita menggeserkannya kepada atasan kita.

Penulis: Bernardus Tube Beding (Foto: Dokumen Pribadi)

Dengan demikian, masalah selesai. Lagi pula, barangkali dapat juga diperoleh keuntungan politik dari tindakan itu. Pilatus sudah lama berselisih dengan Herodes. Dengan tindakan ini, Herodes pasti merasa dihormati oleh Pilatus. Dan ini melanggengkan jalan bagi perdamaian.

Dan memang begitu. Herodes sangat senang dengan penghormatan itu. Sejak itu, hubungan keduanya menjadi baik lagi. Tetapi, apakah masalah selesai? Apakah angan-angan Pilatus terpenuhi? Ternyata tidak.
Dan memang begitulah yang terjadi. Agaknya, Herodes juga sulit membuktikan kesalahan orang ini. ia pun tidak dapat menyelesaikannya walaupun ia sudah memakai macam-macam cara untuk mengorek pengakuan darinya.

Nyaris putus asa, kembali orang itu digiring kepada Pilatus. Wah, bagi Pilatus rupanya bukan masalah belum selesai. Toh sebagai Wakil Pemerintah Romawi, ia harus memberikan keputusan terakhir. Para penuduhnya tetap mendesak agar Pilatus menjatuhjkan hukuman mati. Bukankah segala tuduhan sudah jelas?

Bagi Pilatus, dengan mendasarkan diri kepada hukum-hukum formal, sangat jelas bahwa orang ini tidak bersalah. “Sesungguhnya, tidak ada suatu apapun yang dilakukannya yang setimpal dengan hukuman mati!” teriak Pilatus putus asa.

Ia agaknya sangat sulit mengatasi teriakan-teriakan dan tuduhan para penuduh. Ia terus mencari jalan untuk melepaskannya. Ia akan menyiksa dia seberat-beratnya. Mudah-mudahan dengan demikian para penuduhnya puas. Lalu, ia dilepaskan, pikir Pilatus.

Ternyata, dugaan Pilatus meleset. Para penuduh memang sungguh-sungguh menginginkan ia dihukum mati. “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” demikian mereka berseru-seru.

Pilatus terus berupaya untuk melepaskannya. Namun, para penuduh melepaskan senjata pemungkas nmereka. Kalau Anda melepaskannya, demikian para penuduh itu berkata, maka Anda bukan lagi sahabat Kaisar. Waaauu!

Ini sangat berbahaya. Pilatus tidak saja dihadapkan pada ancaman bahwa kekuasaannya akan hilang. Tetapi, dia sendiri dapat dituduh sebagai subversip, sebab bersekongkol dengan seorang penghasut. Imbalannya tidak lain adalah kematian.

Diperhadapkan dengan pilihan seperti ini, maka Pilatus tidak dapat tidak harus menyerah. Ia mengabulkan permintaan mereka. Injil-injil yang menuliskan peristiwa ini mengalimatkannya dengan kata-kata, “Lalu Pilatus memutuskan supaya tuntutan mereka dikabulkan.”

Demikianlah kisah tragis ini disampaikan kepada kita justru ketika kita sekarang sedang berada dalam masa-masa pecan suci, setelah kita melewati masa prapaskah dan sengsara. Orang yang dimaksudkan itu ialah Yesus Kristus sendiri yang sekarang kita peringati dan renungkan kesengsaraan-Nya.

Ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari kisah tersebut. Pertama, betapa sangat mudahnya kita menggeserkan tanggung jawab kepada pihak lain.

Exit mobile version